Seputarperak.com- Nasib gadis bernama Diva Nabila ini sungguh mengenaskan. Kelumpuhan yang diderita sejak kecil membuat hari-hari gadis berusia 17 tahun ini hanya dihabiskan di atas ranjang.
Nabila, begitu biasa dia dipanggil, tinggal sejak kecil di rumah kontrakan kakeknya, Nanang Sudarto (53) di Jalan Ikan Gurami, Kelurahan Perak Barat, Kecamatan Krembangan.
Baca juga: Kapolres Tanjung Perak Hadiri Soft Launching Medical Tourism di Balai Kota Surabaya
Kemiskinan membuat keluarga kesulitan untuk memberikan pengobatan yang layak bagi gadis ini.
Selain bersama sang kakek, di rumah kontrakan seharga Rp 750 ribu per tahun ini, Nabila juga tinggal bersama kakak kandung dari kakeknya itu, yang bernama Supriyati.
Menurut Nanang Sudarto, penderitaan yang diderita cucunya bermula sejak usia Nabila masih 6 bulan. Masih bayi.
“Waktu itu dia mengalami demam tinggi. Terus kejang-kejang. Sempat diopname di RSUD dr Soetomo. Tapi, belum sampai sembuh benar dibawa pulang, untuk dirawat di rumah,” kata Nanang.
Karena himpitan ekonomi membuat Nabila tidak memperoleh pengobatan yang layak. Dan hal ini berdampak pada sakit yang dideritanya.
“Sejak itu cucu saya malah mengalami kelumpuhan. Kondisinya semakin hari semakin parah,” ujarnya.
Keluarga sebenarnya tidak tinggal diam. Upaya mencari pengobatan lewat jalan alternatif yang lebih irit biaya telah ditempuh. Namun hal ini tidak membuahkan hasil dan sakit lumpuh Nabila tetap tak berubah.
Akhirnya sejak 2005, karena sudah tak ada biaya lagi, Nabila dibiarkan begitu saja. Apalagi setelah Nanang dipecat dari pekerjaannya sebagai sekuriti yang selama itu sudah menopang kebutuhan sehari-hari keluarga.
“Saya sempat bekerja sebagai security sampai tahun 2005 di sebuah perusahaan. Terakhir, kerja sebagai kuli bangunan. Tapi sejak 2016 sampai sekarang, saya nganggur. Saya sudah berusaha cari kerjaan, tapi tidak ada yang mau menerima,” jelas Nanang dengan mata berkaca-kaca.
Baca juga: Kapolres Tanjung Perak Berikan Piagam Penghargaan Kepada Belasan Tenaga Medis & Relawan
Pemerintah juga tidak menutup mata dengan kondisi keluarga Nabila ini. Berbagai bentuk bantuan diberikan kepada mereka.
“Sayangnya cucu saya belum punya akte kelahiran dan belum masuk KSK, sehingga saya kesulitan untuk menguruskan BPJS. Padahal dengan BPJS gratis, mungkin dia bisa berobat tanpa biaya,” ujarnya.
Nabila sudah dirawat Nanang sejak tahun 2005, setelah ibunya pamit mencari pekerjaan di luar kota. Sementara ayah Nabila kabur entah kemana saat gadis ini masih berusia 3 bulan.
Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, Nanang dan Nabila mengandalkan Supriyati yang bekerja di kantin sebuah perusahaan.
“Kakak saya sering bawa sisa makanan yang dijual di kantin. Inilah yang setiap harinya kami makan,” jelasnya.
Baca juga: Kapolres Tanjung Perak Pimpin Konferensi Pers Hasil Ungkap Kasus Selama 6 Pekan
Kisah hidup Nabila dan sang kakek ini telah banyak ditulis media. Bahkan hal itu mendatangkan semakin banyak bantuan untuk mereka.
Termasuk yang baru-baru ini datang adalah Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Ganis Setyaningrum, S.Si, MH.
Rabu pagi, 20 Mei 2020, AKBP Ganis mengunjungi tempat tinggal Nabila bersama kepala Kelurahan Perak Barat.
Saat itu Kapolres memberikan sumbangan Sembako dan tali asih kepada Nabila dan keluarga yang diterima langsung oleh Nanang.
“Semoga sumbangan yang tidak seberapa ini dapat sedikit meringankan beban Adik Nabila dan keluarga,” kata Ganis. (hum)
Editor : Redaksi